Pendidikan inklusif

Pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah / kelas reguler dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali, meliputi : anak yang memiliki perbedaan bahasa, beresiko putus sekolah karena sakit, kekurangan gizi, tidak berprestasi, anak yang berbeda agama, penyandang HIV/ AIDS, dan sebagainya. Mereka dididik dan diberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan penuh kasih sayang tanpa diskriminasi.



Mengapa pendidikan inklusif diperlukan?

Mutu pendidikan masih belum memuaskan (belum: cageur, bageur, bener, tur singer vs kecerdasan intelektual, sosial, emosional, spiritual, fisikal)
Masih banyak anak usia sekolah belum mendapat layanan pendidikan yang baik.
Pendidikan masih diskriminatif.
Pembelajaran masih teacher centre
Proses Belajar Mengajar (PBM) belum mengakomodasi kebutuhan siswa
Lingkungan pendidikan masih belum ramah anak
Pembelajaran masih belum berbasis learning style siswa.
PBM belum dilaksanakan dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran belum menghargai keberagaman.
Pembelajaran Ramah Anak:

Metode yang digunakan guru bervariasi, sehingga siswa tidak jenuh;
Pembelajaran dilaksanakan didalam dan diluar kelas;
Guru memiliki kesadaran tinggi pentingnya menggunakan alat peraga;
Tata ruang kelas di desain ramah anak dengan pajangan hasil karya siswa;
Kemandirian siswa dikembangkan melalui berbagai kegiatan belajar;
Pembelajaran berbasis potensi siswa: intelektual, sosial, emosional, dan spiritual.
Memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan kecerdasan siswa;
Pengembangan Basic Competences (reading, writing, speaking, accounting) untuk menumbuhkembangkan sikap life long learning.
Penekanan pembelajaran bergeser dari memorandum kepada stadium.
Dll.
Pendidikan inklusif yang ramah anak dapat memanjakan emosi anak, belajar dengan  nyaman, sehingga disadari atau tidak mereka akan memotret apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan sehingga mempengaruhi emosi positif dan mempermudah untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Trik Cepat Menulis Makalah / Artikel

Kebanyakan anak kuliah atau murid sekolah mendapatkan banyak tugas untuk membuat artikel atau makalah ataupun karya ilmiah. Banyak yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas itu dengan cepat. Kebanyakan sih suka mencari di internet dan copy paste. Padahal tujuan dari tugas itu adalah supaya siswa mengerti, tetapi kebanyakan hanya asal mengerjakan tugas tanpa tau apa-apa. Untuk membuat sebuah tulisan yang berkualitas (wew) dibutuhkan pemikiran yang dalam dan tau cara yang benar. Kuncinya adalah dengan mengetahui cara membuat makalah, artikel/ karya ilmiah yang benar. Serta rajin membaca. Yang seharusnya dicari adalah cara membuatnya dengan baik dan benar selain materi yang banyak. Memang lebih banyak lebih baik sih, tapi lebih baik yang berisi dan jelas.
Karena pasti sudah banyak cara menulis yang baik dan benar, sekarang saya ingin memberikan tips menulis yang cepat dan banyak. Hehe... Bukan cara mengetik atau copy pastenya tapi lebih kepada apa yang harus kita lakukan dan cara mencari inspirasi untuk tugas/tulisan kamu.
Trik #1 : Tuliskan hal pertama yang kamu pikirkan tentang tugas yang harus kamu buat. Biasanya isinya sih tinggal copas aja, tapi untuk membuat pengantarnya kan perlu yang beda. Jadi kita harus bisa kreatif sedikit biar bisa punya nilai lebih di mata pengajar/penilai kita. Syukur-suykur bisa menelaah dan mengarang isinya dengan baik.
Trik #2 : Kita bisa mengungkapkan kembali hal-hal dalam materi yang ada dengan bahasa kita sendiri. Membuatnya kebih praktis tentu akan membuat kita semakin mudah mengerti, apalagi kalau kita nantinya harus melakukan presentasi.
Trik #3 : Untuk menambah materi tulisan, copas memang mudah. Kalau perlu cari sebanyak-banyaknya agar kita punya banyak referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya ya. Cari referensi sebanyak-banyaknya dan jangan lupa dibaca dan dipahami.
Trik #4 : Kalau ketiga trik diatas masih kelamaan buat kamu pahami atau lakukan, baiklah... Gunakan bahasa atau kata-kata yang agak panjang tapi tetap baku. Misalnya bahasa puitis, kan lebih indah dibacanya. Tapi tetap gunakan kata-kata itu dengan baik dan benar supaya mudah dipahami orang lain. Kan biar kelihatan agak banyak gitu... Hehe...

Wah, sebenarnya masih banyak lagi trik tips menulis, tapi berhubung saya belum ada ide lagi. (Sok) Sibuk, belum sempat berpikir banyak, jadi sekian dulu artikel kali ini. Semoga nanti bisa saya lanjutkan.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pendidikan Karakter

Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan.

Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural seorang pribadi.

Polemik anti-positivis dan anti-naturalis di Eropa awal abad ke-19 merupakan gerakan pembebasan dari determinisme natural menuju dimensi spiritual, bergerak dari formasi personal dengan pendekatan psiko-sosial menuju cita-cita humanisme yang lebih integral. Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme ala Comte.

Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.



Empat karakter

Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.

Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.

Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.



Pengalaman Indonesia

Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-religius menjadi relevan untuk diterapkan.

Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia.

Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an.

Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang dikatakan guru.



Loncatan sejarah

Apakah mungkin sebuah loncatan sejarah dapat terjadi dalam tradisi pendidikan kita? Mungkinkah pendidikan karakter diterapkan di Indonesia tanpa melewati tahap-tahap positivisme dan naturalisme lebih dahulu?

Pendidikan karakter yang digagas Foerster tidak menghapus pentingnya peran metodologi eksperimental maupun relevansi pedagogi naturalis Rousseauian yang merayakan spontanitas dalam pendidikan anak-anak. Yang ingin ditebas arus ”idealisme” pendidikan adalah determinisme dan naturalisme yang mendasari paham mereka tentang manusia.

Bertentangan dengan determinisme, melalui pendidikan karakter manusia mempercayakan dirinya pada dunia nilai (bildung). Sebab, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri hakiki manusia. Karena itu, mereka mampu menjadi agen perubahan sejarah.

Jika nilai merupakan motor penggerak sejarah, aktualisasi atasnya akan merupakan sebuah pergulatan dinamis terus-menerus. Manusia, apa pun kultur yang melingkupinya, tetap agen bagi perjalanan sejarahnya sendiri. Karena itu, loncatan sejarah masih bisa terjadi di negeri kita. Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di negeri kita, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya.

Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan eksistensi natural manusia yang mudah tercabik oleh berbagai macam konflik yang tak jarang malah mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Prinsip-Prinsip Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki milenium ke tiga Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan sepanjang waktu. Demikian pula nanti ketika perdagangan bebas sudah diberlakukan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Pada saat itu hanya bangsa yang unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
B. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.
C. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini serta didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.



BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
2. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

B. Pengertian sekolah dasar
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berorientasi pada Kebutuhan Anak : Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Belajar melalui bermain : Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
Lingkungan yang kondusif : Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
Mengembangkan berbagai kecakapan hidup : Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .



BAB III
PENUTUP
a. kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu unsurpenting bagi manusia, karena pendidikan merupakan :
Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan merupakan proses yang berlansung seumur hidup atau sepanjang hayat dimulai dari manusia itu lahir kedunia. Didalam pendidikan terdapat prinsip-prinsip yang berorientasi pada perkembangan anak didik. prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
b. Belajar melalui bermain
c. Lingkungan yang kondusif
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Perencanaan Dakwah

Rencana Dakwah Didaerah Melawi Kalimantan Barat Berdasarkan Analisi Sosial Masyarakat


Latar belakang masalah
Di sebuah perkampungan yang terletak di pimggiran kota Melawi, tepatnya kampong belimbing hulu. Kampong belimbing hulu ini  mempunyai kurang lebih 500 jiwa lebih penduduk yang terdiri Dari anak-anak,remaja dan orang tua baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai beragam pula umur mereka.
Pendidikan penduduk di kampung ini masih banyak yang terbilang rendah.dan masih dapat di katakan dapat terhitung oleh tangan yang masyarakatnya mempunyai pendidikan sangat tinggi. Profesi penduduk di kampung ini pun beragam.dari sektor yang informal yaitu seperti wiraswasta dan sektor formal yaitu seperti Pegawai Negeri Sipil. Tapi, sedikit sekali penduduk yang berada dalam setor formal. Di karenakan tingkat pendidikan yang sangat rendah hingga akhirnya terjadi ekonomi yang rendah pula.
Kehidupan keagamaan di kampung ini pun relatif masih kurang. Seperti dalam hal ibadah shalat berjama’ah di masjid atau mushallah. Baik dari yang tingkat remaja hingga kepada tingkat orang tua. Di samping itu, di karenakan kurangnya pendidikan keagamaan di kampung ini mengakibatkan banyak tindakan kriminalitas yang di larang baik dari segi Islam maupun dari segi Negara. Contoh kriminalitas tersebut ialah seperti minum-minuman keras. Ini sering terjadi paling banyak di temukan di kalangan remaja.
Dari semua ini saya berencana yang Insya Allah dapat merubah keadaan di kampung tersebut kepada yang lebih baik.kira-kira yang dapat saya perkirakan, dalam waktu beberapa kurang lebihnya 1 tahun, saya dapat merubah semua keadaan ini sekitar 65-75% yang Insya Allah pula dapat merubah keadaan baik dari segi keagamaan dalam tingkat pendidikan maupun dari segi ekonomi mereka masing-masing.
Perencanaan dakwah yang akan saya paparkan yang Insya Allah dapat merubah suatu tatanan kehidupan dikampung tersebut dengan lebih baik.baik itu dari segi agama atau pun dari segi ekonomi yaitu dengan rincian sebagai berikut :
1.      Metode dan pendekatan
Metode yang akan kami gunakan ialah melalui bentuik dakwah Bil Hal / dakwah dalam perbuatan. Maksudnya dengan cara mendekatkan mereka lalu mengajak mereka terutama para remaja dalam hal kepengurusan ikatan remaja masjid Muhajirin atau mushallah-mushallah, dan memberikan pengajaran kepada mereka baik melalui Tausiah Agama atau dalam hal diskusi dan mengadakan bakti sosial untuk merubah tatanan ekonomi di kampung ini. Kemudian untuk kalangan orang tua, saya merencanakan untuk mengadakan pengajian rutin setiap minggunya dengan mengundang ustad atau ustadsah dari daerah lain. Kemudian untuk seluruh kalangan, saya akan mengajak untuk menghadiri serta mengikuti pengajian yang diadakan oleh daerah lain guna memperkuat tali silaturahmi dan menambah pemahaman tentang agama.
2.      Tema sentral
Tema yang akan saya gunakan ialah “Memberikan Motivasi Untuk Membangun Potensi” yang  akan lebih saya tekankan pada kaum remaja sebagai bentuk perhatian terhadap masa depan mereka.
3.      Sumber Daya Manusia
Sebagai pendukung dari perencanaan dakwah ini, saya akan berusaha untuk menggandeng Ikatan Remaja Masjid Muhajirrin (IRMM) dan karang taruna guna memperlancar operasional dan pelaksanaan perencanaan dakwaka ini.
4.      Sarana dan Prasarana
a.       Tempat
Tempat yang akan di gunakan adalah Masjid Muhadjirin dan Musahallah-mushallah yang ada baik itu untuk kegiatan materi maupun Rapat.
b.      Transportasi
Untuk membeli dan mempersiapkan berbagai keperluan dan barang lainnya yang dibutuhkan oleh panitia.
5.      Dana
Dana yang di butuhkan ialah kurang lebih Rp.2.000.000,- . Dana yang dibutuhkan ini dapat dicari dengan mengajukan Propoisal ke wali kota kabupate Melawi dan kelurahan setempat serta dana Masjid dan Mushallah setempat dan juga dengan meminta sumbangan-sumbangan kepada warga.
6.      Tujuan
Tujuannya agar masyarakat di kampong belimbing hulu ini dapat terbangun potensi nya masing-masing serta lebih mengerti dalam masalah keagamaan hingga dapat tau pula akan bahayanya mengkonsumsi minum-minuman keras dan mendapat kegiatan yang lebih positif setelah diajak ke dalam kepengurusan ikatan remaja masjid. Lalu dalam sektor ekonomi yang kurang mampu dapat di ringankan melalui bakti sosial yang di laksanakan serta bentuk kegiatan lain yang dapat menunjang perekonomian mereka semisal dengan pengembangan keterampilan.
7.      Target
Target yang paling utama ini ialah anak-anak remaja dalam hal keagamaan dan orang tua dari segi ekonomi.
8.      Bentuk dakwah
a.       Mengajak remaja untuk berpartisipasi dalam kegiatan ikatan remaja masjid.
b.      Memberikan motivasi untuk remaja dan orang tua agar potensi di dalam diri mereka dapat tebangun.
c.       Pengajaran atau tausiyah yang di berikan oleh ahli agama.
d.      Bakti sosial untuk merubah sedikit ekonomi perkampungan tersebut menjadi lebih baik.
e.       Mengembangkan keterampilan yang dapat memberi income sebagai bentuk peningkatan derajat ekonomi masyarakat.
Demikian perencanaan dakwah saya ini semoga kelak perncanaan dakwah ini dapat berjalan dan terlaksana.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Prinsip-Prinsip Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki milenium ke tiga Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan sepanjang waktu. Demikian pula nanti ketika perdagangan bebas sudah diberlakukan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Pada saat itu hanya bangsa yang unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
B. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.
C. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini serta didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.



BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
2. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

B. Pengertian sekolah dasar
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berorientasi pada Kebutuhan Anak : Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Belajar melalui bermain : Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
Lingkungan yang kondusif : Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
Mengembangkan berbagai kecakapan hidup : Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar : Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .



BAB III
PENUTUP
a. kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu unsurpenting bagi manusia, karena pendidikan merupakan :
Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan merupakan proses yang berlansung seumur hidup atau sepanjang hayat dimulai dari manusia itu lahir kedunia. Didalam pendidikan terdapat prinsip-prinsip yang berorientasi pada perkembangan anak didik. prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
b. Belajar melalui bermain
c. Lingkungan yang kondusif
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Diposkan oleh artikel-makalah di 01:26
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook

Label: artikel, karya ilmiah, makalah, tugas kuliah
Reaksi:
Makalah Pendidikan Anak Usia Dini



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki milenium ke tiga Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan sepanjang waktu. Demikian pula nanti ketika perdagangan bebas sudah diberlakukan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Pada saat itu hanya bangsa yang unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Dalam upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini yang berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus (rencana pembelajaran) pada tingkat satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

B. Tujuan
Tujuan kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini adalah kerangka dasar yang dijadikan sebagai acuan bagi lembaga pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

C. Sasaran
Sasaran kerangka dasar ini adalah lembaga-lembaga penyelenggara PAUD jalur pendidikan formal dan nonformal seperti Taman Kanak-Kanak, Raudatul Athfal, Kelompok Bermain,Taman Penitipan Anak, dan Satuan PAUD yang sejenis.

D. Ruang Lingkup Penulisan
Kerangka dasar ini terdiri dari bab I Pendahuluan, bab II Landasan Pendidikan Anak Usai dini, bab III. Hakikat Pendidikan Anak Usai Dini, bab IV Standar Kompetensi Anak Usia Dini, bab V Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, bab VI Penilaian Kurikulum, dan bab. VII Penutup.


BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


A. Landasan Yuridis
Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.”

B. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.
Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

C. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko matematik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.


BAB III
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

1. Pengertian
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .


BAB IV
STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI

A. Pengertian
Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.

B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini
Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a. Moral dan nilai-nilai agama, b. Sosial, emosional, dan kemandirian, c. Bahasa, d. Kognitif, e. Fisik/Motorik, dan f. Seni.


BAB V
PENGEMBANGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B. Prinsip-prinsip Pengembangan
1. Bersifat komperhensif
Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.
Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.

3. Melibatkan orang tua
Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.

4. Melayani kebutuhan individu anak.
Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.

5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.

6. Mengembangkan standar kompetensi anak
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.

7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.

8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai

9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah

10.Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga
Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen/pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.

11. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga

12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.
Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.

C. Komponen Kurikulum
a. Anak
Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut : (1) 0 – 1 tahun, (2) 1 – 2 tahun, (3) 2- 3 tahun, (4) 3 - 4 tahun, (5) 4- 5 tahun, dan (6) 5 - 6 tahun.
b. Pendidik
Kompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang - kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah (1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak, (2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak, (3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak, dan (4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak

c. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.

Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
1). Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)
2). Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
3). Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)
4). Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)
5). Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)
6). Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)

Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :
Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.
d. Penilaian (Assesmen)
Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.
e. Pengelolaan Pembelajaran
1). Keterlibatan Anak
2). Layanan program
Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :
Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.
Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.
Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu. Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.
f. Melibatkan Peranserta masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.

E. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Kerangka dasar Kurikulum digunakan pada pendidika anak usia dini jalur formal maupun jalur non formal yaitu : Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Satuan PAUD Sejenis.
Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Sasaran Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah anak usia 4 - 6 tahun, yang dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk anak usia 4 - 5 tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia 5 - 6 tahun.
Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran KB adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang).
Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir - 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Peserta didik pada TPA adalah anak usia lahir - 6 tahun.
Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.


BAB VI
PENILAIAN KURIKULUM

Evaluasi/Penilaian adalah suatu analisis yang sistimatis untuk melihat efektifitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh Pusat maupun Daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mngetahui sejauh mana kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan pendiikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan pelaksanaan dan mengembangkan kurikulum selanjutnya.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Hakekat dan Tujuan Pendidikan

“Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup”

A. PENDAHULUAN  
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga harus secara kualitatif. Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu manusiawi di butuhkan upaya humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang berperan besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru, sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah teman pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan hasil dari upaya tersebut.
Mengapa manusia perlu di manusiakan lewat pendidikan? Dan apakah pendidikan itu sendiri? Esensi pendidikan itu apa? Dan tujuan akhir dari pendidikan yang di maksud?
B. HAKEKAT PENDIDIKAN
Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.
Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi).
Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.

C. APA TUJUAN PENDIDIKAN ?
Secara bahasa tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud . Suatu contoh adalah ketika orangtua menyekolahkan anaknya agar menjadi cerdas dan berakhlaq, maka tujuan dia mendidik anaknya ke sekolah adalah untuk hal tersebut. Dalam skala yang lebih besar pendidikan diatur oleh pemerintah baik sistem maupun managemennya. Di indonesia berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan mannusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Contoh lain tujuan pendidikan yang dipegang oleh negara adalah konsep tujuan pendidikan di Amerika yang di keluarkan pada tahun 1989 juga. Mereka menggunakan, konsep "clear, concise, target" untuk menyusun tujuan pendidikan mereka. Dalam konsep ini adalah bahwa tujuan pendidikan itu harus jelas, ada kontroling dalam pelaksanaannya serta hasil yang akan dicapai dalam waktu tertentu. Ide tentang hal ini sebelumnya sudah dikritik sekali oleh Ivan Illich, dengan ide “de-sekolah-isasi masyarakat” , karena pendidikan di Amerika telah mengharuskan sekolah menjadi satu-satunya tempat belajar dan hanya kebanyakan melahirkan output akademik dengan biaya yang sangat mahal. Dalam bertahan hidup seseorang harus belajar dimanapun dan kapanpun dan tidak harus dalam kerangkeng bangku sekolah. Karena itulah Illich mengusulkan untuk bebas dari sekolah formal.
Pendidikan dimanapun dan kapanpun pada esensinya adalah sama.Hal ini di ungkapakan oleh Robert Maynard Hutchins yaitu bahwa :
Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski tempat dan waktunya berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik untuk hidup di tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan lingkungan tertentu, adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan sejati.
Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan. pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja .
Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya . Pada Tahun 2005 BPS mennjukkan bahwa pengangguran lulusan Perguruan Tinggi adalah 385.418, yaitu posisi kedua setelah lulusan SMA . Pada survey bulan Agustus 2007 menunjukkan kenaikan menjadi 963.779 .
Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah –meminjam istilah Freire- pembebasan. Pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosila, hegemoni kekasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya.
Hakekat dan tujuan pendidikan islam
Pada abad ke-20 ada suatu pemberontakkan kepada Tuhan. Dimana pernyataan Darwin bahwa manusia adalah anak-anak dari monyet, bukan ciptaan Tuhan. Sigmund Freud yang menuhankan akal dan Nietzsche yaang mengatakan bahwa Tuhan telah mati . Pernyataan ini adalah pertanyaan apakah Tuhan telah gagal ataukah ada kesalahan dalam pendidikan terutama pendidikan agama?
Dalam Islam hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedang menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah (adz-Dzrariyat:56).
Imam Al-Gazali (w.1111 M) sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1) untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan (2) sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Mengutip Sayyid Quth, bahwa sessunnguhnya tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang yang baik (al-insan al-shalih) yang sudah pasti bersifat universal dan sudah pasti di akui semua orang dan semua aliran tanpa memperosalkan di mana pun negerinya dan apapun agamanya . Banyak sekali sebetulnya apa yang dikemukakanoleh para ahli muslim tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlaq manusia.

D. THE END OF EDUCATION
The end of education adalah istilah dari Postman yang bermakna ambigu yang bisa berarti hasil dari tujuan pendidikan, dan bisa berarti akhir atau matinya pendidikan. Mungkin benar juga apa yang pernah dikatakan Margareth Teacher, sekolah itu candu. Sekolah telah disorientasi pendidikan yang tidak transfer of knowledge dan tarnsfer of value. Sekolah sudah terjebak dalam formalitas dan kapitalisme .
Apakah pendidikan yang berhasil itu harus mahal? Ternyata banyak contoh kasus lembaga yang menekankan kepada hakikat tujuan pendidikan, karena itu semua tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sebagaimana halnya berbagai pondok pesantren, seminari, dan juga Perguruan Taman Siswa, serta berbagai lembaga pendidikan alternatif seperti Qoryah Thayibbah, Sekolah Kali Code yang berhasil menghasilkan siswa dan santri berkualitas meski berbiaya minimalis bahkan nyaris gratis. Keberhasilan pendidikan tidak dengan biaya yang mahal. Karena pendidikan lebih bersifat spiritual, sedangkan biaya mahal hanyalah menyangkut gebyar lahiriah material, yang berwujud gedung, sarana, dan sarana prasarana yang belum tentu menjadi jaminan bagi tercapainya hakikat tujuan pendidikan .
Bahkan tidak mungkin lagi siswa-siswa yang duduk di sekolah-sekolah yang berbiaya mahal, mereka malah akan menenuhi syarat sebagai politikus korup atau bahkan akan lahir Hitler. Kita tidak tahu semuanya sebagaimana dulu orang tua Hitler tidak tahu bahwa kecerdasan anaknya di bangku sekolah akan menjadikannya seorang genosida. Kiranya sekarang perlunya pengembalian lagi ke esensi dari hakikat dan tujuan pendidikan, dan Pendidikan Islam adalah alternatif karena di sana ada pressing pada moralitas (akhlaq).

E. KESIMPULAN
Pendidikan hakikatnya tidaklah berbuntu pada tembok sekolah saja. Lebih luas lagi kehidupan adalah pendidikan itu sendiri. Kehidupan adalah suatu perguruan yang mahaluas. Segala sesutu yang kita temua adalah sang guru. Namun dalam kehidupannya manusia membuat rule agar pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu.
Bolehlah negara membuat aturan dan syarat administratif yang njilimeti sehingga muncul SKS, UMPTN, UN, dan sebagainya. Namun dari semua usaha itu janganlah sampai terus terperosok dan terjebak ke dalam jurang peraturan tersebut. Segala aturan tersebut harus kembali pada hakikat dan tujuan dari pendidikan. Janganlah sampai kita meninggalkan fitrah kita sebagai makhluq Allah yang harus beribadah kepadanya dan berakhlaqul karimah sebagaimana dalam pendidikan Islam.

F. PENUTUP
Murad Wilfred Hoffman, seorang muallaf dari Jerman pernah mengatakan bahwa alternatif Eropa adalah Islam karena Islam adalah satu-satunya alternatif. Pendidikan Islam merupakan alternatif, dan pendidikan islam tidaklah hanya sebatas apa yang di ajarkan pada musholla, pesantren, UIN, IAIN ataupun STAIN. Hakikat pendidikan Islam bila di jabarkan sangatlah luas, karena untuk mewujudkan insan yang beribadah kepada Allah serta berakhlaqul karimah tidaklah cukup melalui lembaga pendidikan tersebut. Segala lingkungan yang melingkupi adalah lembaga pendidikan.Wallahu a’lam bi al-shawab.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP DAYA SERAP BELAJAR SISWA

A. Pendahuluan

Tujuan pendidikan telah dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Perilaku tersebut antara lain adalah perilaku yang disiplin. Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri dibandingkan dengan disiplin. Selain pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, disiplin juga merupakan syarat mutlak untuk mencapai cita-cita atau melaksanakan misi hidup. Seorang anak harus disiplin dalam mengembangkan dirinya (lifetime improvements) dalam segala aspek, disiplin dalam mengelola waktu serta disiplin dalam melatih keterampilan setiap bidang yang dipilihnya. Selain itu, disiplin adalah syarat mutlak bagi anak yang akan membangun sebuah kebiasaan baru.
Setiap anak akan memiliki sebuah kebiasaan baru ketika dia secara disiplin melakukan sesuatu hal secara terus-menerus dan tidak pernah terputus selama sedikitnya 30 hingga 90 hari. Sebagai seorang siswa, membangun kebiasaan baru dapat dilakukan melalui disiplin belajar sehingga dengan disiplin ini akan dapat meningkatkan daya serapnya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Sampai saat ini dan secara ideal, suatu kegiatan proses belajar mengajar (PBM) dianggap berhasil apabila rata-rata daya serap siswa (RDS) untuk suatu mata pelajaran di suatu kelas, minimal 75% dari semua materi pelajaran yang telah diajarkan. Apabila sebagian kecil siswa di kelas itu mendapatkan nilai 7,5 dan sebagian besar siswa yang mendapatkan nilai lebih atau kurang dari 7,5, maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata daya serap siswa rendah.
Secara umum, faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat daya serap siswa di sekolah antara lain karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam menganalisis sesuatu. Kebiasaan dalam belajar hanya menghafal saja. Dapat diamati bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.
Banyaknya siswa yang tidak terbiasa dengan budaya membaca mengakibatkan mereka tidak memiliki daya serap yang tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali siswa yang pandai mengatur masalah waktu dan gemar disiplin dalam hal belajar, maka akan menjadikan dirinya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah.

B. Pembahasan

1. Deskripsi Kedisiplinan Siswa
a. Pengertian Kedisiplinan Siswa
Konsep disiplin merupakan suatu konsep yang berkaitan erat dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Disiplin adalah sebagai suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Piet A. Sahertian, "Disiplin diartikan sebagai hukuman, pengawasan, pemaksaan, kepatuhan, latihan, kemampuan tingkah laku" (Piet A. Sahertian, 1994:126). Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian, disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
b. Jenis-jenis Kedisiplinan
Pembagian jenis-jenis disiplin memang terdapat perbedaan, karena masing-masing orang membagi dalam sudut pandang yang berbeda. Terdapat jenis-jenis disiplin yaitu :
1) Disiplin di rumah antara lain meliputi :
a. Disiplin belajar
b. Disiplin membantu orang tua
c. Disiplin beribadah
d. Bila meninggalkan rumah harus pamit dengan orang tua
2) Disiplin di sekolah antara lain meliputi :
a. Masuk sekolah tepat waktu
b. Memakai pakaian seragam sekolah
c. Mentaati tata tertib sekolah
d. Menghormati ibu/bapak guru
Seorang ahli dalam bidang administrasi pendidikan menyatakan bahwa: "Disiplin ada tiga yaitu disiplin tradisional, modern, dan liberal" (Piet A. Sahertin, 1994:127).
Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis disiplin, sehingga pembaca akan dapat dengan mudah memahaminya.
a) Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b) Dalam disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan suatu yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.
c) Disiplin liberal merupakan disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.
c. Manfaat Kedisplinan
Kedisiplinan bermanfaat untuk membuat anak didik terlatih dan terkontrol dalam bertingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas. Dengan pola disiplin dapat menyadarkan anak bahwa dengan bebasnya si anak harus mengubah dan mengendalikan segi yang tidak baik dari tingkah lakunya, menanamkan disiplin pada anak memerlukan gambaran kelas misal : guru menceritakan tata tertib di sekolah dan bukan gambaran yang samar-samar tentang tingkah laku yang diperbolehkan dan yang dilarang.
d. Cara Menanamkan Kedisiplinan pada Siswa
1) Cara otoriter
Pada cara ini guru menentukan aturan-aturan dan batasan yang mutlak yang harus ditaati anak-anak harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain.
Dengan cara otoriter ditambah dengan sikap keras menghukum, mengancam akan menjadikan anak patuh di hadapan guru atau orang tua tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi misal ; menantang atau melawan karena anak merasa dipaksa, maka menantang dan melawan bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya maupun lingkungan rumah, sekolah dan pergaulan. Cara otoriter memang bisa diterapkan pada permulaan usaha menanamkan disiplin.
2) Cara bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi longgar, anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya betul, pada umumnya keadaan ini terdapat pada keluarga-keluarga yang keduanya bekerja, terlalu sibuk pada kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti sebaik-baiknya. Orang tua telah mempercayakan masalah pendidikan anak kepada guru. Yang bisa mengasuh orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang mengawasi, menegor dan mungkin memarahi. Orang tua tidak bisa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak tahu sendiri, maka perkembangan kepribadiannya menjadi tidak terarah.
3) Cara demokratis
Memperhatikan dan menghargai kebebasan anak namun kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan guru atau orang tuanya. Dengan cara demokratis pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepercayaan dirinya dan anak mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan dirinya dan kalau tingkah lakunya tidak berkenan bagi teman-temannya maka anak mampu menghargai tuntutan pada lingkungan sekolah.
Cara lain untuk menanamkan disiplin adalah sebagai berikut.
1) Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik yang berorientasi pada kasih sayang ini dikenal dengan menanamkan disiplin dengan menyakinkan tanpa kekuasaan, memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah laku yang boleh atau tidak boleh dilakukan melalui dasar kasih sayang yang dirasakan oleh anak, anak memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin diri yang baik.
2) Teknik yang bersifat material

Teknik yang bersifat material ini menggunakan hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman yang bersifat mendidik, teknik ini disebut “menanamkan disiplin dengan menyakinkan melalui kekuasaan (power assertive discipline)". Tingkah laku baru ditanamkan dengan paksaan anak akan takut tidak memperoleh apa yang diinginkan (hadiah) atau takut dihukum karena tingkah laku bukan tingkah laku yang benar ingin diperlihatkan maka perlu terus menerus diawasi oleh guru di sekolah maupun orang tua di rumah.
2. Deskripsi Tingkat Daya Serap Belajar Siswa

a. Pengertian Tingkat Daya Serap Belajar Siswa

Sulchan Yasyin dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyatakan bahwa: "Tingkat adalah jenjang; babak" (Sulchan Yasyin, 1997:481). "Daya adalah tenaga atau kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan; tenaga yang menyebabkan timbulnya gerak usaha, ikhtiar (Sulhan Yasyin, 1997:110). Arifin mengatakan bahwa: "Belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, mencapai serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak dalam menguasai pelajaran yang disampaikan" (Arifin, 1976:172). Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa: “Belajar adalah perubahan sikap dan kebiasaan, penguasaan nilai-nilai pengetahuan, keterampilan, penggunaan kebiasaan-kebiasaan baik, nilai-nilai pengetahuan atau keterampilan yang telah dimilikinya” (Dewa Ketut Sukardi, 1983:24). Oemar H. Malik dalam Khoiri mengatakan bahwa: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan” (Khoiri, 2006:24). Sedangkan "Siswa adalah murid" (Sulchan Yasyin, 1997:442).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat daya serap belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari apa yang diajarkan, dibaca, didengar, dan dipelajari.

b. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Belajar Siswa

Tingkat daya serap belajar siswa bermacam-macam yaitu terdapat siswa yang memiliki daya serap belajar tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Piet A. Sahertian ukuran tingkat daya serap belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga hal sebagai berikut.
1) siswa yang maju
2) siswa yang cukup
3) 3) siswa yang kurang
4) (Piet A. Sahertian, 1994:101).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Daya Serap Belajar Siswa
Tingkat daya serap belajar siswa pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses secara keseluruhan. Faktor-faktor yang berinteraksi tersebut berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor yang mempengaruhi tingkat daya serap belajar siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor intrinsik (dalam) dan faktor ekstrinsik (luar). Faktor yang ada dalam diri siswa berupa sikap kondisi fisik, psikologi, perkembangan kognitif, bakat dan motivasi. Antara lain motivasi untuk membangun kebiasaan baru (disiplin), sedangkan faktor yang mempengaruhi dari luar adalah : keadaan lingkungan, fasilitas, kemampuan mengajar guru, materi pelajaran dan lainnya.

Hasil interaksi tersebut menimbulkan adanya perbedaan individual dalam tingkat daya serap belajar dan menghasilkan adanya pengelompokan individu berdasarkan tipe-tipe tingkat daya serap belajar.

3. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Tingkat Daya Serap Belajar Siswa

Seperti yang telah penulis uraikan dalam sub topik sebelumnya bahwa disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri dibandingkan dengan disiplin. Selain pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, disiplin juga merupakan syarat mutlak untuk mencapai cita-cita atau melaksanakan misi hidup. Seorang anak harus disiplin dalam mengembangkan dirinya (lifetime improvements) dalam segala aspek, disiplin dalam mengelola waktu serta disiplin dalam melatih keterampilan setiap bidang yang dipilihnya. Selain itu, disiplin adalah syarat mutlak bagi anak yang akan membangun sebuah kebiasaan baru.

Setiap anak akan memiliki sebuah kebiasaan baru ketika dia secara disiplin melakukan sesuatu hal secara terus-menerus dan tidak pernah terputus selama sedikitnya 30 hingga 90 hari. Sebagai seorang siswa, membangun kebiasaan baru dapat dilakukan melalui disiplin belajar sehingga dengan disiplin ini akan dapat meningkatkan daya serapnya terhadap sesuatu yang dipelajarinya. Sebaliknya, jika siswa tidak berupaya membangun kebiasaan baru (disiplin), maka akan menyebabkan daya serapnya rendah.

Secara umum, faktor-faktor penyebab melempemnya daya serap siswa di sekolah antara lain karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam menganalisis sesuatu. Kebiasaan dalam belajar hanya menghafal melulu. Dapat diamati bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.

Banyaknya siswa yang tidak terbiasa dengan budaya membaca mengakibatkan mereka tidak memiliki daya serap yang tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali siswa yang pandai mengatur masalah waktu dan gemar disiplin dalam hal belajar, maka akan menjadikan dirinya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa kedisiplinan pada diri siswa merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan daya serap siswa.

C. Simpulan

1. Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
2. Tingkat daya serap belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari apa yang diajarkan, dibaca, didengar, dan dipelajari.

D. Daftar Pustaka

Arifin. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Ketut Sukardi, Dewa. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Khoiri. 2006. Studi Korelasi Antara Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa MI Al-Firdaus Lasem Kec. Sidayu Kab. Gresik Tahun Pelajaran 2005-2006. Lamongan: STKIP PGRI.
Sahertian, Piet A. 1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Yasyin, Sulhan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah.
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT




  1. PENDAHULUAN
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju kearah kemajuan, namun dapat juga menuju kearah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.
Latar belakang dibahasnya judul ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan perubahan sosial merupakan gejala yang umum dan bersifat universal artinya bahwa perubahan sosial terjadi pada setiap kehidupan masyarakat yang kita semua tahu akhir-akhir ini perubahan sosial dalam masyarakat begitu cepat dan drastis sehingga kita perlu membekali anak-anak kita untuk menghadapi perubahan sosial yang terjadi agar tidak terseret arus perubahan yang merugikan.

  1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perubahan sosial ?
2. Bagaimanakah proses perubahan sosial?
3. Apa saja bentuk dan dampak perubahan sosial?

  1. PEMBAHASAN
1.      Pengertian Perubahan Sosial
a.       Istilah dan Definisi
Dalam sosiologi, istilah “perubahan sosial” merupakan terjemahan dari  social change  (bahasa inggris).
Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial :
1)      Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
2)      Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern.
3)      Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi  istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
4)      Ricard T. Schaefer dan Robert P. Lamm menjelaskan bahwa Perubahan signifikan yang terjadi sepanjang waktu dalam hal bentuk-bentuk perilaku dan budaya, termasuk nilai-nilai dan norma-norma.
5)      Kingsley Davis menjelaskan bahwa Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.


b.      Pemahaman Teoritik
Dimensi
Teori Evolusioner
Teori Fungsionalisme
Teori Konflik
Teori Psikologi Sosial
Pandangan terhadap Perubahan
Perubahan merupakan hal yang normal
Perubahan merupakan hal yang tak normal. Yang normal adalah kemapanan
Perubahan merupakan hal yang normal, bahkan diperlukan.
Perubahan merupakan hal yang normal, bahkan diperlukan
Arah Perubahan
Perubahan mempunyai arah yang jelas dan dapat dikenali/dipekirakan, yaitu berkembang dari organisasi masyarakat yang sederhana menuju organisasi masyarakat yang kompleks.
Tidak memberikan penjelasan mengenai arah perubahan. Hanya menjelaskan bahwa masyarakat perlu dibawa ke terwujudnya konsensus-konsesus baru.
Tidak memberikan penjelasan mengenai arah perubahan. Hanya menjelaskan bahwa masyarakat perlu dibawa ke masyarakat yang lebih berkeadilan sosial.
Tidak memberikan penjelasan mengenai arah perubahan. Hanya menjelaskan bahwa masyarakat perlu dibawa ke masyarakat modern.
Penyebab Perubahan
Manusia maupun lingkungan, terutama adalah teknologi.
Faktor internal dan eksternal sistem sosial
Konflik yang terjadi dalam masyarakat, baik konflik kelas maupun bukan.
Individu dengan kualitas-kualitas tertentu (individu kreatif/memiliki dorongan berprestasi/manusia modern).

c.       Ciri-ciri Perubahan Sosial
Ø  Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya
Ø  Perubahan yang terjadi pada lembaga masyarakat tertentu
Ø  Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara
d.      Sumber-sumber Perubahan Sosial
1) Sistem Keyakinan
2) Organisasi
3) Penemuan Teknologi
2.      Proses Perubahan Sosial
Proses peruabhan sosial merupakan serangkaian jalannya perubahan yang dilalui dalam perkembangan masyarakat. Di dalamnya ada penyesuaian-penyesuaian yang merupakan serangkaian perubahan yang dilalui masyarakat. Ada dua bentuk proses perubahan yaitu individual proses dan kolektif proses.
Proses perubahan sosial menurut Alvin B. Bertrand :
a.       Proses Perubahan sosial diawali komunikasi sosial,
b.      Dari komunikasi sosial akan melahirkan difungsi yang merupakan proses penyebaran unsur sosial budaya.
c.       Masuknya unsur-unsur baru dalam masyarakat dapat melalui perembesan unsur sosial budaya secara damai.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan budaya ;
1). Faktor Internal
a) Teknologi
b) Inovasi
c) Konflik
d) Pertumbuhan Penduduk
2). Faktor Eksternal
a) Perubahan Sosial karena Faktor Alam Sekitar
b) Perubahan Sosial karena Faktor Masyarakat Lain
ada juga faktor pendorong dan penghambat peruabhan sosial;
Faktor pendorong perubahan sosial :
-          Pendidikan yang bermutu
-          Komposisi penduduk yang beragam
-          Sistem sosial yang terbuka
-          Sikap progresif
Faktor penghambat peruabhan sosial :
-          Konservatisme elite
-          Sistem sosial tertutup
-          Pendidikan yang buruk
-          Komposisi penduduk homogen

3.      Bentuk dan Dampak Perubahan Sosial
Bentuk dari perubahan sosial antara lain :
a.  Perubahan Lambat (evolusi) dan Perubahan Cepat (revolusi)
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi :
a.       Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b.      Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c.       Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
d.      Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya.


b.  Perubahan Kecil (Mikro) dan Perubahan Besar (Makro)
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

c. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan (Planed Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan (Unplaned Change)
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.

Dampak dari Perubahan sosial
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
1.      Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2.      Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3.      Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4.      Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk kemunduran akibat adanya perubahan sosial budaya :
1.      Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2.      Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3.      Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4.      Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat.


D.       SIMPULAN
1.      Perubahan Sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
2.      Proses Perubahan sosial diawali komunikasi sosial yang akan melahirkan difungsi yang merupakan proses penyebaran unsur sosial budaya melalui perembesan unsur sosial budaya secara damai.
3.      Bentuk perubahan sosial,
-          berdasarkan waktu (evolusi, revolusi);
-          berdasarkan proses (planed change, unplaned change);
-          Berdasarkan Dampak (Mikro, Makro).
Dampak Positif perubahan sosial
-          Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman;
-          Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional;
-          Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia;
-          Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Dampak negatif perubahan sosial
-          Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional;
-          Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya);
-          Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks;
-          Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat.

DAFTAR  PUSTAKA
Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Robert M.Z., Lawang.1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi Modul 4–6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Susanto, Astrid. 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta.
Team Wikipedia. 2010. Perubahan Sosial. Laman http://id.wikipedia.org. diunduh pada  tanggal 22 Nopember 2010 pukul 22.37 WIB.



Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati